Rein adventure
Five Queensland volume 07
Episode 529-530
" Bunga Rifelis "
Bab 529❤
Sambil mengelap air mata yang bergelimang, Hiyena tersenyum. " hihihi, itu hanya masa lalu dan terlebih aku sudah bisa menguasai bakat sihir ku" ucap Hiyena yang kemudian berjalan ke arah tempat tidur nya. " Lebih baik, kamu istirahat dulu sampai besok aku akan mencoba untuk berbicara dengan ibu. "
" Oh baiklah" ucap Rein yang kemudian berjalan ke arah tempat tidur nya yang berdekatan dengan tempat tidur Hiyena, hanya saja terdapat sekat kayu yang menutupi. " Mungkin akan aku coba tanyakan tentang Haruna jika aku bertemu dengan Ratu Pulau biru. " Mencoba untuk menyentuh dinding sekat kayu, Rein merasakan aliran listrik. " Jiah... dia pake pelindung rupanya, aku harus berhati-hati. "
Tak bisa tidur dan sudah beberapa kali mencoba untuk memejamkan matanya, Rein mendengar suara rintihan dari balik sekat kayu. Mencoba untuk menutupi Telinga dengan selimut, Rein mendengar teriakan. " apa dia bermimpi? " ucap Rein dalam hati, kemudian melihat tubuh seseorang yang berjalan ke arah nya.
Bam!!
Dengan mata terbelalak, Rein melihat Hiyena yang sedang tidur berjalan seperti zombie. Dengan balutan piyama tipis pendek yang dikenakan Hiyena. Rein melihat tongkat sihirnya seperti sedang berayun. " apa yang mau dia lakukan ? " berkata Rein melihat lesatan listrik langsung mengenainya.
Zet! zet!
" arg!! " teriak Rein terkena sihir listrik Hiyena.
" hehehe, akan aku buat kalian menerima akibatnya karena telah membawa kakakku! " ucap Hiyena yang kemudian membaca mantra dengan mata terpejam. Ini seperti dia sedang bermimpi bertarung dengan seseorang.
Melihat hal tersebut, sontak Rein langsung melesat ke arah Tubuh Hiyena dan memukul perutnya. " maaf, seperti kamu sedang bermimpi " ucap Rein yang langsung menerima tubuh Hiyena, dan melihat Tongkat sihirnya lenyap. " fueh.. hampir saja!, apa dia punya kebiasaan seperti ini? ".
" benar benar merepotkan! "
Mencoba untuk menggendong tubuh Hiyena, saat ini Rein berjalan ke arah kamar Hiyena. " lebih baik aku cepat kembali kan Tubuh nya " ucap Rein mencoba untuk masuk, Namun..
zet! zet!
Aliran listrik dari sekat kayu terbentuk. " Gila.. padahal aku hanya ingin mengembalikan tubuh Hiyena, sihirnya benar benar merepotkan, apa lebih baik aku bangunkan saja? " gumam Rein yang kemudian meletakkan Tubuh Hiyena dikasur tempat Rein tidur. " huft... Terpaksa aku tidur dilantai"
Setelah meletakkan Tubuh Hiyena di kasur, Rein kemudian duduk di jendela sambil menatap malam. Memejamkan matanya, Rein mencoba untuk tertidur. " ses ses! " dengusan hidung Rein mencium bau beberapa orang. " Sepertinya ada seseorang yang sedang mengintai rumah pohon ini?. "
Di sisi lain..
Di dekat rumah pohon, tampak beberapa orang yang sedang berjaga dan memperhatikan sekeliling. Bersembunyi di bayangan gelap malam. Seseorang kemudian memperlihatkan diri dan mencoba untuk masuk ke dalam rumah pohon. " Kita harus membawa adikku, aku tidak ingin dia menjadi pengganti ibuku untuk menjadi Ratu Pulau biru " ucap seorang wanita yang sekarang besama seorang pria didekat nya.
" apa kamu yakin, akan melakukan hal itu " ucap seorang pria yang bersama beberapa bawahan, mulai mendekati Rumah pohon.
" ya, aku tak ingin sampai adikku tersiksa karena peraturan Dan Hukum Kepulauan 5 Ratu, aku tak mau jika aku dan adikku harus membunuh pasangan yang dicintai " ucap seorang wanita yang kemudian melihat seseorang keluar dari rumah pohon.
Bam!
" Oh.. seperti nya ada beberapa penguntit disini? " ucap Rein memanggil pedang.
Bab 30❤
Melihat sosok Rein yang keluar dari rumah pohon, sontak membuat seseorang yang berdiri didepannya terkejut. " Siapa kamu! dan apa yang kamu lakukan di rumah hukuman adikku! "
" adik? " ucap Rein yang telah mendengar cerita Hiyena. " apa kamu Kakak Hiyena? ".
" Kau! tahu aku! " ucap kakak Hiyena yang kemudian melihat cahaya bulan memperlihatkan wajah Rein.
Saling pandang!
" entah lah, cuma aku mendengar kisah mu dari Hiyena, jadi apa pria disamping mu yang telah menculik mu? " ucap Rein bersiap..
" Hiyori, Siapa dia? " ucap Pria disamping kakak Hiyena.
" aku tak tahu, tapi dia sudah melihat ku" ucap Hiyori yang kemudian menyuruh beberapa bawahan untuk menyerang Rein.
Swos!
" oh.. baiklah " ucap Rein yang melihat tiga orang Melesat ke arah nya, dan bersiap mengayunkan pedang. " akan aku layani kalian. "
Bam! tebasan kuat!
Bahkan hanya dalam hitungan detik, Rein dengan mudah menebas beberapa orang, Tanpa membunuh mereka. " Hiyori kita harus cepat sebelum racun Bunga Rifelis menyebar! " ucap pria disamping kakak Hiyena.
" aku tahu, sialan kau! " ucap Hiyori mencoba untuk mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Rein. " meledak lah! "
Thunder Ball Empire!!
Membaca mantra dan sekejap Sebuah kilatan cahaya datang dari tongkat sihir hiyori yang langsung mengarah ke Rein. " What!! " teriak Rein yang langsung melompat ke udara dan melihat kabut putih yang datang dari lahan bunga Rifelis. " apa itu kabut racun yang dikatakan Hiyena? " . Sambil Melihat ke bawah, Rein melihat lima orang yang telah pergi.
" kita harus pergi dari sini, seperti nya angin laut menerpa lebih keras membawa kabut racun bunga Rifelis " ucap Pria disamping kakak Hiyena yang kemudian menyuruh bawahnya untuk pergi.
" Tapi, bagaimana dengan Hiyena! dan pria yang terbang itu! " ucap Hiyori yang perlahan merasakan sesak nafas. " kabut racun! tutup mulut kalian cepat! "
" kita pergi dan biarkan saja orang itu! " teriak Pria disamping kakak Hiyena yang kemudian berlari menjauhi rumah pohon.
Swoss!!
" tak akan aku biar... kan" ucap Rein yang telah menghirup Kabut racun bunga Rifelis dan langsung terjatuh pingsan di bawah dekat rumah pohon.
Brug!!
" Racun bunga Rifelis "
***
Pagi hari..
Suasana dalam rumah pohon...
Terbangun dengan meretakkan beberapa bagian tubuh, Hiyena membuka matanya. "hoamm, mimpi buruk lagi" ucap Hiyena yang melihat kamar yang berbeda. " loh kok aku disini? " Sambil memegang buah melonnya, Hiyena mencoba untuk mencari keberadaan Rein. " dimana dia? "
Tak menemukan Rein didalam ruangan, kemudian Hiyena berjalan ke arah Pintu keluar rumah pohon. " apa dia sudah pergi? " ucap nya lanjut dan melihat pemandangan pagi di sekitar ladang bunga Rifelis. " semoga saja dia mengindahkan ucapanku untuk tidak keluar dari rumah pohon karena racun bunga Rifelis akan aktif dimalam hari. "
Berjalan sambil tersenyum, Hiyena tak sengaja menginjak wajah Rein. " eh.. apa ini " ucap Hiyena yang kemudian melihat dibawah kakinya, wajah Rein yang di injak. " Rein.. !!. "
Terkejut dengan yang dilihat, saat ini Hiyena langsung memeriksa tubuh Rein. Memeriksa denyut nadi ditangan, dan mencoba untuk mendengar detak jantung Rein. " dia masih hidup, apa dia keluar rumah pohon di malam hari? "
Mencoba untuk mengangkat tubuh Rein, saat ini Hiyena menarik Rein ke dekat pohon. " Sial! Seharusnya aku ikat dia tadi malam, jika seperti ini nyawa nya mungkin tidak bisa ditolong, Tapi dia masih hidup setelah menghirup kabut racun bunga Rifelis "
" aku harus cepat membawa tubuh nya ke Ratu Pulau biru, jika tidak mungkin nyawa Rein tidak bisa diselamatkan " ucap Hiyena yang melihat wajah Rein perlahan membiru dengan bibir pucat pasi. Merasakan denyut nadi yang perlahan mengecil. " Arg.. bagaimana aku membawa nya, Tapi jika ibu sampai tahu aku membawa lelaki, apa yang akan terjadi? "
Sambil mencoba untuk berpikir, Hiyena kemudian melihat beberapa pelayan yang membawa makanan datang bersama ibunya. " Ibu.. Bagaimana ini? tapi hanya ibu yang tahu cara menawarkan racun bunga Rifelis " ucap Hiyena yang kemudian melihat ibunya dan beberapa pelayan telah sampai.
Comments