Pesugihan Bulu Mertua #4
Setahun kemudian, Restoran Bagas sekarang lebih berkembang. Dimana sekarang, dia sudah memperluas wilayah Restoran dan membangun beberapa stand lainnya di dekat Restoran. Ada banyak tempat karoke dan beberapa tempat hiburan untuk anak muda. Dia sebenarnya ingin membuka cabang, tapi hal tersebut dilarang Arumbi.
"Ingat ya, Tiga Hari lagi Ritual tiga bulanan loh. Jangan sampai lupa Gas" Ucap Arumbi mengingatkan Bagas Untuk kembali memotong bulu milik Mertuanya.
"Iya Mah" Ucap Bagas yang sekarang minum kopi diruang tamu sambil melihat berita televisi. Dia juga sedang bersama Arumbi yang juga sedang melihat televisi sambil ikut ngopi dan mengobrol sebelum Bagas berangkat kerja.
"Oh ya, Mamah lupa ngomong ini sama kamu. Ingat ya, Kamu tidak boleh menabung terlalu banyak. Ada jumlah maksimal tabungan, kalau sampai lebih itu bisa bikin kamu tahu rasa" Ucap Arumbi seperti menakut-nakuti Bagas.
"Masa mah?, memang berapa jumlah maksimal tabungan?" Tanya Bagas ingin tahu dan dia harus percaya setiap ucapan Arumbi.
"10 milyar ingat itu. Mamah ngingetin kamu juga Buat kebaikan mu loh sama Lara. Pesugihan yang aku berikan padamu itu beda dari pesugihan lainnya. Pokoknya main pelan dan hati-hati" Jelas Arumbi yang kemudian mengingatkan Bagas kembali.
"Usia Mamah sudah 44,5 tahun. Walaupun masih panjang, tapi mamah kasih kamu bekal agar kelak kamu bisa mengajarkan ini pada keturunan mu. Terlebih jika nanti Reni menikah, kamu juga harus pelan-pelan menjelaskan pada mantumu nanti. Jika waktunya tiba, aku juga mau mengajari Lara Ritual pesugihan" Ucap Arumbi terus berbicara demi kebaikan Bagas.
"Gitu ya mah, Ku pikir Mamah udah kasih tahu Lara" Ucap Bagas melihat Arumbi yang kemudian menyesap kopinya.
"Belum Gas, Ini masih jadi Rahasia kita. Ini juga diajarkan Mama Mertuaku dulu. Sebenarnya sih mamah mau Reni yang mewariskan ini, cuma itu terlalu beresiko jadi mamah lebih percaya kamu. Nah, nanti kalau mama meninggal. Kamu dan Reni bisa melakukan Ritual berdua dan kamu juga harus terus mewasiatkan serta mewariskan pesugihan ini pada Reni atau mantumu. Yang jelas harus bisa dipercaya, kamu paham." Ucap Arumbi melihat ke arah jam dinding.
Dan Bagas pun membuat beberapa anggukan, sambil menyerap semua perkataan Arumbi. Dia masih belum beranjak dari duduknya saat ini. Dia masih terus memikirkan dan menyimpan semua perkataan mertuanya. "Baik mah, Bagas akan ingat."
"Sudah sana kamu berangkat" Ucap Arumbi.
"Masih lama mah, Hari ini aku ngadain acara bersih-bersih Restoran sampai jam 9. Niatku sih pengin kasih bonus sama karyawan kalau pas aku datang semua sudah beres, Hitung-hitung menyenangkan mereka sama menghabiskan beberapa jumlah uang" Jelas Bagas melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 07:30, dimana dia bangun pagi-pagi sekali cuma untuk berolahraga.
"Begitu ya, Pantes kamu santai banget. Pinter ya kamu" Ucap Arumbi memuji Bagas.
"Siapa dulu, Mantu mamah" Ucap Bagas kembali menghisap rokok.
"Oh ya, tumben kamu pagi-pagi lari pagi. Emang semalam kamu nggak main sama Lara?" Tanya Arumbi.
"Dia lagi bulanan Mah, padahal sih pengin." Ucap Bagas melihat Arumbi yang menatap dirinya. "Kenapa mah?."
"Mau mamah keluarin bentar?" Tanya Arumbi.
"Mepet banget mah, aku sudah mandi" Ucap Bagas melihat Arumbi berdiri dan kemudian berjongkok didepannya.
"Ntar Mamah telan saja kalau kamu Nggak mau berceceran" Ucap Arumbi sembari membuka Resleting Bagas.
Bagas yang melihat Arumbi pun, kembali tertegun. Bagaimana pun, penampilan mamah mertuanya memang begitu menggoda, dan begitu terawat di usianya. "Nanggung Mah, sekalian saja." Ucap Bagas yang bergejolak saat ini.
"Nah kan, Ayo buruan.." Ucap Arumbi yang sekarang hampir membuka celana pedeknya. Terlebih sekarang dia sedang dipegang dadanya Oleh Bagas.
"Aku masuk ya" Ucap Bagas mendengar suara mobil di depan Rumah dan Gerbang utama Rumah seperti dibuka seseorang.
Di luar Rumah, saat ini Lara terpaksa kembali pulang karena kelupaan sesuatu. Dia berjalannya cepat dan memarkirkan mobilnya didepan Gerbang. "Kok bisa lupa bawa hape" Ucap Lara yang membuka pintu dan melihat Bagas sedang bersama ibunya.
"Mas Bagas, Belum Berangkat?" tanya Lara melihat keduanya yang sedang berbicara sambil ngopi dan merokok disertai suara televisi.
Keduanya pun hampir ketahuan saat itu, dan Mereka berdua secepatnya merapihkan pakaian mereka yang hampir terbuka. "Bentar Lagi, Kamu kok kembali?" Tanya Bagas sedikit tersedak asap rokok.
"Iya, Kenapa?" Tanya Arumbi.
"Aku lupa bawa HP, jadi terpaksa kembali. Untung masih dekat" Ucap Arumbi berjalan cepat dan tak menaruh curiga apapun. Tapi dia sempat melihat Bra berwarna magenta dibawah meja.
"Mah itu Bra Mama di bawah meja. Apa semalam Mama begadang lagi" Ucap Lara mengambil Bra ibunya.
Arumbi seketika tersedak dan tersadar jika Bra miliknya masih berada di bawah meja. Dan melihat Lara memperlihatkan Bra miliknya, "Aih, kamu. Bikin malu saja.. Ada suamimu tahu." Ucap Arumbi meraih Bra miliknya dan bergegas pergi.
"Mamah, Mamah kebiasaan deh" Ucap Lara yang tahu jika ibunya memang suka Buka Bra sembarangan.
"Ya udah, aku juga mau berangkat" Ucap Bagas waswas, jika sampai ketahuan.
"Nggak bareng mas?" Tanya Lara.
"Nggak duku, Mas Mau isi Bahan bakar mobil, pasti antri" Ucap Bagas bergerak cepat.
"Ya udah, Hati-hati mas." Ucap Lara yang langsung pergi ke kamarnya.
Dan saat ini, Arumbi yang juga sudah masuk ke kamarnya menghelan nafas panjang. "Untung Lara tahu kebiasaan ku, hampir saja." Ucap Arumbi melihat bekas merah didadanya.
"Mainya keras Bangun sih Bagas ini, Baru beberapa menit udah bikin Enam bekas. Duh, duh" Tutur Arumbi berganti pakaian.
"Oh ya, Hari ini ada Arisan. Mumpung Lara belum pergi, aku minta sekalian nanti Siang suruh karyawannya bawa beberapa makanan pesanan." Arumbi yang melihat memang ada jadwal arisan ketika membuka whatsapp, dia pun segera bergegas menemui Lara.
"Lara bentar" Panggil Arumbi.
"Iya mah,ada apa?" Tanya Lara.
"Nanti siang kan mamah ada arisan di rumah. Kamu pulangnya agak malaman ya, sekalian kasih tahu Bagas buat pulang malam. Sekalian juga kirim makanan fresh, Nanti Mama WA kamu. Inget ya, Kasih tahu Bagas jangan pulang sore." Ucap Arumbi yang memberitahu.
"Iya, Lara tahu mah. Pasti mereka juga pada mau berenang. Nanti Lara kirim makanan yang enak-enak deh." Ucap Lara yang tahu, jika selain arisan teman-teman ibunya terkadang memakai kolam renang sebagai tempatnya.
"Hehehe, Soalnya kali ini dirumah Mama. Bagaimana lagi.." Ucap Arumbi tersenyum dan melihat Lara kembali berjalan ke arah pintu masuk utama.
"Nanti Mamah yang tutup"
"Aku berangkat ya" Ucap Lara.
Siang Hari sekitar pukul 13:00. Rumah Arumbi sekarang sudah dipenuhi sekitar 10 orang perempuan seusianya dan perempuan seumuran Lara. Selain acara arisan, Mereka juga berjualan barang-barang bermerek.
"Ayo jeng Arumbi, Koleksi cincin terbaru loh" Ucap seseorang menawarkan barang sebelum Acara utama.
"Nggak, udah yang lain saja. Kemarin kan aku sudah dapat Arisan" Ucap Arumbi menggeleng kepala dan menolak. Dia juga melihat perempuan baru bergabung dalam acara arisan mereka.
"Jeng Nina mungkin?"
"Nggak, Aku baru gabung. Nanti saja" Ucap perempuan seusia Lara menolak tawaran.
"Oh ya, denger-denger Suami Jeng Nina punya perusahaan ya?" Tanya seseorang.
"Bener tuh?" Tanya Arumbi ikut nimbrung.
"Bos besar PT. Bohlam Sejahtera kan nama perusahaannya?" Tanya yang lain.
"Iya" Ucap Nina malu-malu.
"Masih muda ya, ternyata" Ucap seseorang yang sedang Googling, melihat bos PT Bohlam.
"Bukan yang itu, Tapi yang ini" Tunjuk Nina yang tidak mau semua orang salah paham.
"Hehe, ada kumisnya" Ucap beberapa orang bukan maksud menghina.
"Kayaknya seumuran sama Suami Anakku" Ucap Arumbi cuma mengira-ngira.
"Em,jeng Nina bukan simpanan kan?" Tanya seseorang terus terang ketika membandingkan usia mereka.
"Haish, kamu ini. Maaf ya jeng Nina. Dia memang blepotan" Tutur Arumbi bijak.
"Bukan, aku istri keduanya" Ucap Nina membuat semua orang terkejut.
"Istri Kedua...?" Semua orang bengong dengan mulut terbuka.
"Sudah jangan gosip lagi, Nina kan teman baru kita. Ayo kocok saja arisannya" Tutur seseorang yang biasa memimpin mereka.
Comments