Malam hari, karena beberapa urusan. Akhirnya Nina menuju ke tempat dimana Bagas menunggu dirinya dengan seseorang yang akan menjadi asisten rumah tangga.
"Maaf ya..Jadi buat kalian menunggu lama" Ucap Nina.
"Padahal dari sore loh. Ya sudahlah, Oh ya ini Asisten rumah tangga yang aku kenalkan padamu, Dia pernah jadi TKW namanya Sarah" Ucap Rasa memperkenalkan seseorang.
Pesugihan Bulu Mertua #7 Tamat
"TKW? Apa Mbak Sarah bisa banyak bahasa?" Tanya Nina.
"Benar Bu, cuma lima bahasa" Ucap Sarah tidak berbohong.
"Hahaha, Dia kenalan asisten rumah tangga temanku. Dan kebetulan dia memang butuh kerjaan. Kalau kamu setuju dia bisa langsung kerja" Ucap Bagas memberitahu.
"Bagus Dong, Ya udah aku setuju saja. Toh, mas Bagas orang baik dan bisa dipercaya" Ucap Nina menilai.
Sampai beberapa menit kemudian, Bagas berpisah dengan Nina dan Sarah. Tentunya dia tersenyum sekarang karena Rencananya akan berjalan mulus di mulai hari ini juga. "Tinggal Menunggu waktu eksekusi, Kita lihat saja Burhan.." Ucap Bagas kembali pulang ke rumah.
***
Beberapa bulan telah berlalu, Saat ini Bagas tidak perlu terlalu sering ke tempat dimana usahanya berada. Berbeda dengan Istrinya yang harus terus bekerja karena dia hanya mewariskan usaha ibunya. Walaupun terkadang Lara juga libur, dia sekarang sedang pergi bersama Rina Untuk berbelanja sampai malam tanpa mengajak Bagas.
"Lara sayang!?" Panggil Bagas yang baru bangun tidur.
"Dimana sih, Kok pergi Nggak bilang-bilang?"
"Lara.."
Bagas berjalan ke dapur dan melihat seseorang seperti sedang membersihkan peralatan dapur. "Mah kemana Lara sama Rena?" Tanya Bagas tahu kalau mertua suka bersih-bersih sendiri.
"Mereka lagi pergi jalan-jalan. Kamu tidur kaya kebo sih" Ucap Arumbi sedang mencuci piring.
"Bukannya bangunin mah" Ucap Bagas melihat Arumbi beberapa kali menggoyang tubuhnya.
"Mah..Masih sibuk?"
"Iya, mau kopi?" Tanya Arumbi.
"Nggak ah, Mau ini saja" Ucap Bagas menyikapi rok daster Arumbi.
"Gas, bisa tunggu nggak sih. Mamah masih beres-beres nih." Ucap Arumbi yang merasakan tepukan tangan.
"Nunggu gimana, Mamah Nggak pake Celana dalam ya?" Ucap Bagas tertegun dan jadi tahu kebiasaan Arumbi dirumah ketika sendiri.
"Bagas! Kamu Nakal banget ya! Aku belum siap" Ucap Arumbi memegang pinggir wastafel.
"Cabut nggak!"
"Nggak, Makin hari makin enak Gini" Ucap Bagas tetap dalam petualangannya.
"Haduh, Ngeyel ya. Awas kau" Ucap Arumbi yang mengambil kawat pencuci piring dan memperlihatkan Pada Bagas.
"Mau rasain ini?"
"Hehe, iya Bagas cabut.." Lirih Bagas bergegas pergi sambil membenarkan celana ketatnya. Dia memutuskan untuk berenang sekalian menelpon Sarah.
"Oke, Aku sudah tranfer uang buatmu. Kamu bisa hidup enak sekarang. Tapi sebelum selesai, kamu terus mata-mata Nina" Ucap Bagas yang saat ini berbaring di kursi santai deket kolam renang. Dia tentunya sedang menunggu Arumbi datang setelah selesai bersih-bersih.
"Lama banget mah?" Tanya Bagas melihat Arumbi dengan pakaian Renang.
"Kamu tahu sendiri mamah bersih-bersih rumah besar ini. Bagaimana pun mamah tidak ingin orang lain tahu rumah ini punya tempat ritual." Ucap Arumbi yang sekarang menduduki Bagas sembari sedikit membuka celana renangnya.
"Aku kagum melihat Mamah bisa mengendalikan semuanya" Ucap Bagas sembari bermain dengan tangannya. Dan merasakan maju mundur Arumbi.
"Nah, Kamu sekarang sudah mengerti dan banyak belajar dari mamah kan. Ayo Gantian, habis itu berenang" Ucap Arumbi bangun.
"Oh ya Mah, Kenapa dulu Mamah Nggak gituan sama aku? Malah sekarang?" Tanya Bagas sembari maju mundur.
"Mamah belum yakin sama kamu, jadi mamah tunggu waktu yang tepat. Terlebih mamah punya kesempatan memberi semuanya dan segala tentang kekayaan mamah padamu. Selama kamu menurut dan tetap di keluarga ini. Kamu tidak akan kekurangan apapun termasuk yang kita lakukan sekarang."
"Ini juga bisa membuat Mamah berumur panjang tanpa harus ada yang berkorban."
"Begitu ya, Misalnya Kita ketahuan Lara atau Reni Bagaimana?" Tanya Bagas ingin tahu.
"Itu sudah ada dalam otak mamah. Yang jelas tetap pertahanan yang sudah ada. Paham" Ucap Arumbi menghela nafas..
"Lama banget Gas?"
"Hehe, ini berkat olahraga ku. Walaupun masih sedikit buncit" Ucap Bagas merubuhkan dirinya.
"Gas..Kamu bikin Mamah senang" Teriak Arumbi.
***
Dirumah Nina, Saat ini Bagas tersenyum puas dengan hasil kerja Sarah. Bagaimana pun dia juga sudah melakukan sesuatu pada Sarah saat ini. Bagas membenarkan pakaian dan celananya, sambil keluar dari Kamar Nina.
"Sudah selesai?" Tanya Sarah.
"Oke, Sampai dendam ku terbalaskan. Aku akan bermain dengannya. Tinggal kita lihat kehancuran Burhan" Ucap Bagas yang juga sudah menceritakan semuanya pada Sarah dari awal dia dipecah oleh Burhan.
Sarah sendiri sudah memberikan makanan bercampur obat tidur untuk Nina, yang biasa tertidur setelah pulang dari tempat Gym. Dan kesempatan itu, membuat Bagas bisa melakukan apapun tanpa perlu khawatir. "Kalau begitu, aku balik. Uang juga sudah aku transfer" Ucap Bagas bergegas.
"Selama itu untuk mu, aku akan terus mendukung mu. Ya, walaupun aku dulu kecewa kamu lebih memilih Lara daripada aku" Tutur Sarah salam hati menelepon suaminya yang berada di kampung sekarang.
"Ya, Aku Nggak jadi pulang dulu sampai tugasku selesai. Kamu urus Anak anak dulu ya sayang"
Dan dibeberapa kesempatan lain, Bagas sudah beberapa kali berkunjung ke Rumah Nina dan melakukan banyak hal, tapi sekarang Sarah juga ikut melihat Bagas sembari membuat beberapa rekaman video.
"Punya mu Gede juga Gas" Ucap Sarah terkekeh.
"Mau coba?" Tanya Bagas.
"Nggak, suamiku lebih besar" Ucap Sarah terus merekam.
Sampai beberapa bulan terakhir, tepatnya ketika Nina merasakan dirinya Hamil dan sudah memberitahu Burhan. "Ya, walaupun kamu datang sebulan sekali. Ini anakmu tahu!" Bentak Nina merasa Burhan tak mau mengakuinya.
"Kurang ajar kamu ya! Pokoknya ini anakmu"
Saat ini Nina kesal sembari melemparkan beberapa barang di kamarnya. Hal tersebut didengar Sarah, "haduw bikin tambah kerjaan deh."
Nina keluar dari kamarnya dan melihat Ke Arah Sarah yang sedang berdiri dikamarnya. "Sarah antar aku ke Burhan dan istrinya. Sudah saatnya istrinya tahu tentang aku." Ucap Nina yang memang seorang istri simpanan Burhan.
"Siap Non" Ucap Sarah menerima kunci Mobil.
Keduanya pun, sekarang menuju ke arah rumah Burhan yang berada di wilayah lain. Sambil menemani Nina, Sarah juga sudah bersiap untuk melakukan tugasnya.
Sampai beberapa hari berikutnya, Bagas sudah mendengar kehancuran rumah tangga Burhan. Dimana menurut Sarah, Burhan bukanlah pemilik perusahaan PT Bohlam sejahtera, melainkan Perusahaan tersebut milik istri pertamanya. Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata Burhan lah yang memang menjebak Bagas.
Sarah mendapatkan informasi tersebut dari pertengkaran istri pertama Burhan yang menyebut beberapa nama orang yang dia pecat karena mengetahui dirinya korupsi. Dan uang korupsi itu untuk menghidupi Nina. Tak disangka, bukan hanya Bagas yang menjadi korban pemecatan Burhan. Ada beberapa orang yang digunakan namanya untuk difitnah dengan cara pemotongan gaji setiap bulannya dan pesangon.
Nina sendiri sekarang sudah menggugurkan secara dini. Dia kemudian juga memecat Sarah dengan beberapa biayanya. Dia juga langsung pergi setelah melihat Burhan yang ditangkap kepolisian atas kasus korupsi dan perselingkuhan dengan Nina. Sedangkan Sarah sendiri sekarang juga sudah kembali ke Kampungnya, tentunya dia juga sudah banyak memperoleh uang dari Bagas. Dan hidup bahagia bersama suaminya. "Lebih baik ku hapus saja" Ucap Nina tentunya tidak ingin Bagas mendapatkan masalah di masa depan.
Bagas sendiri saat ini merasa lega telah mengetahui kenyataan tersebut, tapi dia tidak menuntut apapun lagi. Terlebih sekarang hidupnya lebih baik berkat dirinya keluar dari perusahaan tersebut. Dia lebih memilih kehidupannya yang sekarang.
"Ah, leganya..." Ucap Bagas yang sedang berlibur bersama Lara, Reni dan mertuanya di sebuah pulau di luar Negeri.
"Mamah tutupin dong, Nggak malu dilihat mantumu" Ucap Lara.
"Ngapain malu, Orang lagi liburan juga. Mending kamu tuh jaga bule bule itu, Sana" Tunjuk Arumbi.
"Mas Bagas, kenapa liburan di California sih??" Teriak Lara keras.
"Cuma liburan disini yang menghabiskan uang!" Teriak Bagas berlari dan tentunya dia tersenyum karena bisa menjaga keluarganya dan kekayaannya tetap utuh.
"Bagus, Anak Nakal. Kamu memang pantas mewariskan Pesugihan Bulu Mertua" Ucap Arumbi tersenyum sambil melihat begitu banyak pria bule disekitarnya.
"Harus sering-sering liburan nih"
Dan dengan liburan mereka,cerita ini pun berakhir...Tamat.
Happy Ending
Comments