Pesugihan Bulu Mertua #6
Setelah selesai melalui ritual terakhir, Bagas sekarang kembali ke rumah. Dimana dia juga sedang menghitung jumlah maksimal tabungan miliknya. "Hampir saja kelewatan, lebih baik aku belanja besok pagi. Aku juga mau tanya Sama Mamah apakah aku boleh beli rumah Baru" Ucap Bagas yang tentunya masih lebih percaya ucapan Arumbi.
Dia sedang dalam perjalanan ke tempat peralatan olahraga dijual. Dia juga sedang melihat-lihat tempat Gym disekitar tempat tersebut. Dan saat ini, dia memperhatikan seorang perempuan muda yang sedang berada di tempat Gym. Bagas seperti mengenalnya, tapi dia tidak langsung datang menemuinya. Dia mengingat beberapa foto yang ditujukan Arumi padanya ketika acara arisan di rumah temannya.
"Oh jadi itu Nina istri muda Burhan, bos kelarap itu!" Ucap Bagas yang tersenyum jahat sekarang.
"Jadi dia Serius kesini ternyata, oke."
Bagas kemudian langsung beranjak pergi setelah memastikan siapa Nina dengan memperhatikan hal kecil. Dia mencatat itu di otaknya. Rasa marah yang belum terlampiaskan sebelumnya membuat dirinya tetap mengutuk sikap atasannya yang semena-mena padanya. Setiap membeli beberapa alat olahraga, Bagas masih berada di tempat tersebut dan menunggu sampai Nina datang ke tempat parkiran.
Dimulai sekarang, dia melihat di dalam mobilnya sosok Nina yang baru selesai Ngegym dan masuk ke dalam mobilnya. "Oke, Kita lanjut mengikuti dimana rumahnya" Ucap Bagas berhati-hati. Bahkan sifat Arumbi seperti sudah meresap di dalam dirinya saat ini. Dia tidak lagi mau bertindak ceroboh ataupun hal lain yang akan membuat dirinya dalam masalah. Dia lebih Suka main pelan saat ini. Tentunya ajaran Arumbi melekat di dalam pikiran Bagas. Bahkan sekarang dia begitu kagum dengan ibu mertuanya.
Tetap di belakang sambil membuntuti, Bagas melihat mobil yang dikendarai Nina tiba-tiba berhenti mendadak seperti ada masalah. Bagas terus memperhatikan dan melihat Nina turun dari mobilnya. "Kenapa dia, berhenti?" Tanya Bagas.
Saat ini, Nina memeriksa Ban mobilnya yang ternyata bocor dan melihat ada lima paku diban mobilnya. "Yah Kempis.." Ucap Nina yang meliputi sekitar.
"Mana Nggak ada bengkel lagi." Ucap Nina yang saat ini mencoba memeriksa belakang mobil, dimana dia mengira ada ban cadangan di dalam mobilnya.
"Yah, Ngga ada ban cadangan sama dongkrak. Bagaimana ini?" Ucap Nina melihat sebuah mobil datang mengarah padanya.
Dan seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah Bagas yang heran dan tentunya dia juga sudah memperhatikan masalah Nina. "Ada apa Bu?" Tanya Bagas pelan.
"Jangan panggil ibu, aku masih muda loh mas" Ucap Nina sembari menyimpan HPnya. Tadinya Nina mau menelpon suaminya, tapi tidak jadi karena ada seseorang lewat didepannya.
"Ya udah, kenapa Mbak?" tanya Bagas yang kemudian keluar dari mobilnya.
"Ban mobil ku kempis, lihat tuh" Ucap Nina sumbar menunjuk.
"Ada ban cadangan?" Tanya Bagas.
"Nggak ada..aki juga nggak punya dongkrak" Ucap Nina berharap Bagas mau membantu dirinya.
"Oke, Tidak masalah. Aku bawa ban cadangan, aku cek mungkin sama dan bisa digunakan"tutur Bagas ke belakang mobil dan memeriksa ban cadangannya.
" Sama ternyata, Bentar ya. Aku turunkan dulu "
"Ya mas,Hati-hati, aku bantu mas" Ucap Nina yang mencoba membantu tapi dilarang Bagas karena Tidak mau Nina kotor katanya.
"Nggak usah" Ucap Bagas yang sekarang siap mengganti Ban mobil Nina.
Sambil menunggu, keduanya pun berbicara beberapa hal. Dimana sekarang Nina menjawab pertanyaan Bagas. "Memang kamu habis dari mana?" Tanya Bagas yang masih melihat Nina memakai pakaian ketat.
"Habis Gym mas, ya bajumu jadi kotor mas" Ucap Nina.
"Nggak papa, Lagian aku juga mau pulang" Ucap Bagas yang sebenarnya sudah melakukan sesuatu pada Ban Nina sebelumnya. Dan dia sekarang hanya memainkan peran sebagai penolong.
"Oh gitu, Kebetulan Rumah ku sudah dekat dari sini. Kalau mas mau, mampir dulu biar aku cuci bentar pakaiannya. Sekalian aku mau Ganti biayanya" Tutur Nina melihat Bagas sudah selesai mengganti Ban mobilnya.
"Sudah" Ucap Bagas sengaja mengotori pakaiannya dan wajahnya.
"Bentar mas, Wajahmu jadi kotor" Ucap Nina mengambil tisu di dalam mobilnya. Dia mengelap wajah Bagas beberapa kali.
"Hahaha, tapi makasih ya. Oh ya kalau begitu aku mau pulang" Ucap Bagas bersikap.
"Tunggu mas, Aku Nina" Ucap Nina memperkenalkan diri.
"Kotor.." Ucap Bagas memperlihatkan tangannya.
"Namaku Bagas, udah ya" Ucap Bagas siap masuk mobilnya tapi kembali dihentikan Oleh Nina.
"Mampir dulu mas, deket kok. Sekalian Mas Bagas bersihin diri. Ayo mas.. Jangan nolak deh" Ucap Nina memaksa.
"Memang suamimu Nggak marah?" Tanya Bagas memancing.
"Boro-boro marah mas, Dia cuma datang sebulan sekali itu juga kalau ingat. Nggak papa kok, aku percaya mas Bagas orang baik" Ucap Nina yang tidak enak hati.
"Ya sudah, mas ikut." Ucap Bagas menunggu Nina masuk ke dalam mobilnya. Dan dia akan mengikuti dirinya dari belakang.
Dia melihat sekitar sambil memastikan lingkungan tersebut. "Hem, Lingkungan sepi. Ternyata dia tinggal di hunian ini. Hebat juga Burhan menyembunyikan istri keduanya. Yang jelas aku belum tahu, istri pertamanya sudah tahu apa belum kalau Burhan punya istri lagi. Pasti istri siri atau simpanan" Lirih Bagas dalam hati sambil terus memperhatikan.
Hingga sampailah mereka di sebuah rumah besar dengan tembok tinggi mengelilingi. Bagas tak begitu heran melihat hal tersebut dan melihat seorang asisten rumah tangga membuka gerbang rumah. "Oke, jadi dia punya seorang asisten rumah tangga." Ucap Bagas menggali informasi.
Setelah memarkirkan mobilnya, Bagas langsung mengikuti Nina dibelakang. "Bi, tolong buatin minum ya"
"Baik Non" Ucap seorang asisten rumah tangga yang melihat Bagas beberapa kali.
Sampai beberapa menit setiap membersihkan diri, Bagas duduk dan melihat Nina yang juga sudah berganti pakaian. Bagas menunggu sambil meminum kopi yang disajikan.
"Non, anu. Saya ada kabar dari kampung, saudara saya sakit. Kalau boleh, sore Nanti aku mau pulang kampung" Ucap asisten rumah tangga Nina Meminta izin.
"Yah, Gimana dong Bi. Nanti yang ngurus Rumah siapa?" Ucap Nina seperti enggan.
"Berapa lama Bi?"
"Itulah Non, Sekalian sebenarnya saya juga mau undur diri. Maaf ya Non mendesak banget.." Ucap pembantunya.
"Ada apa?" Tanya Bagas yang melihat perbincangan Nina dan pembantunya.
"Ini, Bi iyem mau pulang katanya. Aku bingung, aku kan baru lima bulan disini. Jadi Nggak terlalu paham, dimana aku cari asisten rumah tangga lagi. Bi iyem sendiri juga tidak punya kenalan" Ucap Nina menjelaskan.
"Maaf ya Non. Namanya kerja lepas, Saya tidak ikut LSM." Ucap Bi iyem memberitahu.
"Gampang itu, Aku hubungi seseorang bentar ya" Ucap Bagas menelpon seseorang kenalannya.
"Iya, Besok aku datang deh. Oke, nanti aku kabari lagi." Ucap Bagas menutup telepon.
"Nina, besok ada waktu? Kita ke kantor PART Group."
"Besok ya? Duh kayaknya Nggak bisa. Kalau Sore ini bagaimana? Sekalian aku mau antar Bi iyem ke stasiun" Ucap Nina menunggu.
"Sore ya, Aku coba. Ya sudah, kalau begitu nanti aku hubungi kamu" Ucap Bagas yang belum tahu nomor Nina.
Bahkan dia memang sengaja lupa dan menunggu Reaksi. Dan sesuai dengan dugaannya, Nina langsung memanggilnya kembali. "Mas, gimana sih..Emang sudah tahu nomor ku?" Tanya Nina.
"Hehe, aku lupa." Ucap Bagas menunggu.
"Oke, aku balik dulu ya. Nggak papa kotor, Makasih kopinya bi" Ucap Bagas segera pergi dan tersenyum mendengar kabar jika asisten rumah tangga Nina akan pergi. Walaupun itu bukan rencananya tapi dia punya peluang sekarang.
Di dalam perjalanan, dia menghubungi seseorang untuk membuat kesepakatan. "Tenang, pokoknya masalah uang mah kecil. Lagian kamu juga nganggur kan, Sarah. Ah, kita tuh udah kayak kakak adek. Dulu juga kamu yang ngedukung aku pacaran sama Lara. Aku balas jasamu sekarang. Haha, Aku nggak bakal lupa padamu kalau sudah sukses gini." Ucap Bagas menghubungi seseorang teman perempuannya saat masih di SMA.
"Kita janjian di mall saja"
Bagas sekarang mempunyai seseorang yang bisa dipercaya untuk jadi mata-mata. Dia juga berpesan pada temannya untuk bersikap wajar seperti tidak kenal dirinya Nanti.
Comments