GREAT NAME OF AURUM
EPISODE 18
"Tingkah Aurum"
Sembari berjalan ke arah Aurum, tampak Wanita muda tersebut terkesan melihat tampang Aurum yang terlihat putih bersih, walaupun ada bekas luka di wajahnya. Dimana wanita muda tersebut jauh lebih tua Empat tahun dari Aurum.
"Jangan panggil aku kakak, umurku lebih muda dari mu" ujar Aurum yang sering mendapatkan salah sangka. Dimana dirinya terus melihat dirinya seperti sudah dewasa.
"Memang berapa usia mu?" tanya wanita muda yang kemudian memperkenalkan diri sembari melihat dia orang pria sangar yang sudah pingsan. "Namaku, Selena, maaf aku kurang sopan menanyakan usia mu."
"Aku baru mau masuk 15, tinggal lima bulan lagi aku genap 15 tahun. Hem,.." Sembari mengingat perkataan ibunya, Aurum yang memang tak memiliki perasaan apapun, terlebih dia memang belum mau dewasa saat ini menyebutkan namanya. "Namaku, Aurum Water."
"Baiklah Nona Selena, jaga dirimu baik-baik dan lebih baik tinggalkan pekerjaan mu" Ucap Aurum hendak pergi tapi tangannya langsung ditarik oleh selena.
"Tunggu Kak, Sebenarnya aku terpaksa bekerja di rumah hiburan. Dan ini baru tiga hari aku bekerja, dan aku belum pernah di sentuh siapapun." Ucap Selena mencoba untuk menjelaskan.
"Lalu, aku tidak tanya hal itu. Kenapa kamu langsung menerangkan padaku, Dan jangan panggil aku kakak. Aku masih muda.." Lirih Aurum terlihat pasrah dengan wajahnya yang tampak lebih dewasa.
"Hah, sudah lah"
Aurum sendiri tentunya tahu alasan kenapa wajahnya bisa lebih tampak dewasa, dimana dia yang sudah melakukan dan melewati pelatihan. Dimana tempat berlatih nya sendiri merupakan alam tak terbatas, di Gua tempat bersemayam Master Razz. Dimana jika satu hari di dunia biasa, di alam tak terbatas sendiri seperti satu bulan. Dan Aurum yang berlatih tanpa terasa dirinya yang sudah dewasa belum waktunya.
"Bagaimana, aku melihat Kakak memang bukan dari wilayah ini. Apakah kakak seorang pedagang? atau seorang pelaut?" tanya selena memandang wajah Aurum.
"Aku cuma nimbrung di kapal dagang, Tapi baiklah, aku akan menerima kebaikan mu" Ucap Aurum sembari merogoh saku celananya sambil menghitung uang hasil kerja di kapal dagang.
"Ternyata memang kurang kalau mau cari tempat menginap, terlebih aku harus bawa oleh-oleh untuk Semua orang di pulau Othersland." Lirik Aurum yang memang bepikir layaknya Remaja seusianya. Bahkan dia tak cukup mengerti kenapa setiap berjumpa dengan beberapa wanita, dia merasakan wajahnya seperti membawa sial untuknya.
Sampai beberapa menit berjalan ke arah jalan utama kota, Aurum yang menunggu sejenak di pinggir jalan, sambil memperhatikan beberapa kendaraan berkuda. "Lama amat?" tanya Aurum menunggu selena datang memesan Grab gerobak kuda di tempat tersebut. Walaupun sebenarnya Aurum bisa dengan mudah sampai ke arah bukit dengan kemampuannya, tapi dia tak ingin melakukan hal tersebut di tempat umum. Dia tentunya ingat perkataan master razz untuk tidak terlalu menunjukkan kemampuan dan bakatnya, sampai Robertson kembali menemuinya, setelah menyelidiki beberapa kelompok yang sedang mengincar dirinya.
"Kak, ayo naik" ucap selena yang datang dengan seorang kusir.
"Baik" ucap Aurum langsung naik di belakang pak kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya. Tentunya, Aurum duduk di dekat Selena sambil melihat pemandangan belakang. Dimana tempat duduk mereka memang menghadap kebelakang. Sebuah Grab gerobak kuda tanpa atap, berjalan pelan melewati jalan setapak tanah.
"Hoam, jam berapa sekarang?" tanya Aurum melihat Bulan yang sudah naik.
"Kira-kira jam 22:00 malam" ucap selena melihat bulan.
Walaupun sebenarnya tidak ada gunanya menanyakan jam, di dunia tempat Aurum tinggal.Tapi ibunya juga mengajarkan Aurum beberapa hal di tempat tinggalnya terdahulu. "Kalau sudah sampai, bangunkan aku ya" ucap Aurum memejamkan mata sembari tetap waspada.
"Um, aku akan bangunkan kalau sudah sampai" ucap selena terus menatap bagian pinggir wajah Aurum.
"Uh,aku harus tetap pura-pura tidur saja" Gumam Aurum sedikit risih karena terus di perhatikan oleh selena.
Sampai di tempat tujuan, saat ini Aurum langsung membuka mata sembari melihat lingkungan sekitar. Dimana hanya ada sebuah rumah kecil dengan beberapa tanaman buah.
"Selena!" teriak seseorang yang langsung membuka pintu ketika mendengar suara pintu di ketuk seseorang.
"Bibi Elisa, Maaf aku kembali" ucap Selena yang memiliki ceritanya sendiri.
"Apa yang kamu katakan, akhirnya kamu sadar juga" ucap bibi Elisa langsung memeluk Selena sambil memperhatikan seseorang pria yang berada di depan halaman rumahnya.
bersambung..
Comments